ASUHAN KEPERAWATAN
TUMOR RENAL
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 7
1.
Rojuli sahat sinaga
2.
Rosna Aini.s
3.
Sinta El Karya Gulo
4.
Syukur Julianto
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang
kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan
serta bimbingan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR RENAL.
Dengan
adanya makalah ini, di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan doa.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisma tubuh. Pengkajian
keperawatan pada system perkemihan adalah salah satu dari komponen dari proses
keperawatan yang merupakan suatau usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data, membuktikan
data tentang status kesehatan seorang klien. Keahlian dalam melakukan observasi
komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan
fase proses keperawatan.
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah
tumor prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan
ultrasonografi abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di
klinik-klinik rawat jalan, makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal
yang masih dalam stadium awal.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada
orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering
terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang
dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75%
ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi dengan kelainan
pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien
bertahan hidup hingga 5 tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk
akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma
bengkak. Tumor berasal dari kata tumeredalam bahasa latin yang berarti
"bengkak". Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignan)
atau jinak (benign), (Wikipedia bahasa indonesia 2011).
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal
adalah organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih
seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran
darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Manusia dilahirkan dengan dua ginjal.
Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal.
Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses ini
berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka
tidak dibutuhkan, membuat tumor. Ketika tumor ginjal jinak, tidak kanker dan
tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, kadang-kadang tumor dapat
mengganggu fungsi organ, sehingga mereka bisa diangkat melalui pembedahan.
2.2 Klasifikasi tumor renal
1. Tumor jinak
a. Hemartoma
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri
atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan
tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini
biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang
tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang
multisentrik (De Jong, 2000).
b. Fibroma Renalis
Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan diameter
kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor tersusun atas
sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna
kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak dalam
korteks ginjal.
d. OnkositomNBa
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya
(tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi)
banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar sehingga mudah
dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal.
Beberapa menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan
predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor yang
jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang
merupakan penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000). Jenis tumor lain
yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong, 2000).
2. Tumor ganas
Tumor ginjal yang ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari
urotelium, yaitu karsinoma sel transisional atau berasal dari sel epitel ginjal
atau adenokarsinoma, yaitu tumor Grawitz atau dari sel nefroblas, yaitu tumor
Wilms.
2.3 Etiologi
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui. Merokok mungkin
mempunyai peran. Pada kira-kira 40% penderita telah ditemukan metastasis pada
waktu tumor primer ditemukan. Lama hidup rata-rata penderita ini 6 – 12 bulan.
Tanpa penanganan proses lokal ini meluas dengan bertumbuh terus ke dalam
jaringan sekelilingnya dan dengan bermetastasis menyebabkan kematian.
Progesifitasnya berbeda-beda, karena itu periode sakit total bervariasi antara
beberapa bulan dan beberapa tahun. Gambaran histologiknya heterogen, disamping
sel-sel jernih (clear cell) dan eosinofil glandular (granular cell) terdapat
lebih banyak sel polimorf, fusiform dan sel-sel raksasa. Bagian-bagian
karsinomatosa sering terdapat disamping bagian-bagian pseudosarkomatosa
diselingi dengan nekrosis dan perdarahan.
2.4 Patofisiologi
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau
bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar
renal.Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau
abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di
kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor.Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih
atau keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ).Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai
suatu massa abdomen.Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Munculnya tumor sejak dalam perkembangan embrio dan aka tumbuh dengan
cepat setelah lahir.Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena
renal dan menyebar ke organ lain.Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering
terjadi nekrosis,cystic dan perdarahan.Terjadinya hipertensi biasanya terkait
iskemik pada renal.
2.5 Tanda Dan Gejala
Gejala khas tumor ginjal berupa tiga tanda trias klasik yaitu: nyeri
pinggang, kencing berdarah dan benjolan atau massa pada pinggang atau perut
yang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Hipertensi (tekanan darah
tinggi) dan anemia (kurang darah) tanpa sebab yang jelas terutama di usia muda
juga merupakan gejala yang penting untuk dicurigai sebagai tanda adanya tumor
ginjal.
2.6 Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan di perut,perutnya membuncit ketika
di bawa ke Dokter oleh orang tuanya, hematuri karena invasi tumor yang menembus
sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh
terhadap protein tumor.Gejala lain yang bisa muncul adalah :
1. Malaise ( merasa tidak enak badan).
2. Anorexia
3. Anemia
4. Lethargi
5. Hemihypertrofi
6. Nafas pendek,dyspnea,batuk,nyeri dada (
karena ada metastase ).
2.7
Komplikasi
1.
Metastase ke paru-paru,
2.
Hati, tulang,dan otak.
2.8
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Ultrasound abdominal
Terdapat massa
padat pada perut ( retrperitoneal ) sebelah atas.
2. CT scan
Dapat memberikan
gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional
atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya.
3. Foto Toraks
Karena tingginya
insiden metastase tumor ke paru-paru,maka setiap pasien dengan Tumor Wilm’s
harus di lakukan pemeriksaan foto toraks.
4. Pemeriksaan darah dan urine
Untuk menilai fungsi
ginjal dan hati.
5. Biopsi
Di lakukan untuk
mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk
mengevaluasi sel dan diagnosis.
6. MRI Perut.
7. CBC,BUN,dan Kreatinin.
8. PIV dan Nefroktom
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara
klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra
lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
1. Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan
belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall
total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan
paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal
kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan
penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
2. Radioterapi
Tumor renal di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi
dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan
paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang
termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada
sisa tumor pasca bedah juga di berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di
gunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.
3. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang
berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang
rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun
pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur.
Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian
terapi adalah untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan
massa tumor sehingga lebih mudah di reseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan
tumor, yaitu : Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
1. Aktinomisin D
Antibiotika yang berasal dari
spesies Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15
mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500
mikrogram.Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai
terapi prabedah.
2. Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam
satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2).
Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan
agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena.
Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi
hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab
relaps.
3. Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara Intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar
otak, dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis. Dapat
dikombinasi dengan Aktinomisin D.
4. Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari
selama lima hari berturut-turut.
5.
Siklofosfami
Nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300
mg/m2/hari.
6. Prognosis
Faktor yang
mempengaruhi prognosis dan kelangsungan hidup jangka panjang adalah :
a. Gambaran histologis
b. Umur dan kesehatan anak secara umum saat di
diagnosis
c. Ukuran tumor primer
d. Respon terhadap terapi
e. Toleransi anak terhadap obat-obatan yang
spesifik,prosedur atau terapi.
f. Perkembangan terbaru dari penatalaksanaan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TUMOR RENAL
3.1 Pengkajian
Identitas Klien
1. Riwayat
penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan
diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
2.
Pola nutrisi dan
metabolik: Suhu badan normal hanya
panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
3.
Pola eliminasi : Eliminasi alvi tidak ada gangguan,
eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak
dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus
yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria
,proteinuri, hematuria.
4.
. Pola Aktifitas dan latihan : Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena
adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot
bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh
sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi
yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum
karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan
penanganan penyakit ini.
5.
. Pola tidur dan istirahat : Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus
6.
. Persepsi diri : Klien
cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang
lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7.
. Hubungan peran : Anak
tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang
baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang
Mungkin Muncul
1.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasma.
Kriteria Hasil :
a. Nyeri berkurang.
b. Pasien merasa nyaman.
c. Pasien tidak menangis karena rasa nyeri
d. Pasien dapat kooperatif dengan petugas.
Tujuan :
a. Menggambarkan nyeri serta menentukan
tindakan selanjutnya
b. Membantu meringankan rasa nyerinya.
c. Obat analgetik membantu mengurangi ras
nyeri.
d. Pemberian sesuai ketentuan agar pt
mempercepat proses penyembuhan
e. Meningkatkan rasa percaya keluarga klien
kepada perawat.
Intervensi :
a. Observasi nyeri dan karakteristik
termasuk kualitas dan kuantitas serta skala nyeri.
b. Alihkan perhatian klien.
c. Kolaborasi dengan Dokter untuk
memberikan obat analgetik
d. Berikan obat analgetik sesuai terapi
Dokter.
e. Berikan obat sesuai jadwal pemberian.
2.
Gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan oliguri atau anuria.
Kriteria Hasil :
a. Pengeluaran urine normal.
b. Ada keseimbangn antara intake dan output.
c. Tidak ada lagi pengguanaan kateter
Intervensi :
a. Lakukan pemasangan kateter bila di
perlukan
b. Observasi pemasangan kateter setiap saat.
c. Amati dan catat dengan teliti output
urine.
Tujuan :
a. Membantu pengeluaran urine.
b. Mencegah hal-hal yg tdk di inginkan.
c. Mengetahui keadaan urine dan
kenormalannya.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan
peningkatan metabolisme.
Kriteria Hasil :
a. Keadaan umum Pasien Membaik.
b. Pasien bisa makan seperti biasanya (
3x/hari ).
c. Berat badan normal kembali.
Tujuan :
a. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh.
b. Gangguan nutrisi bisa saja dapat terjadi
secara perlahan.
c. Pemberian diet yang sesuai dapat
mendukung keadaan pemulihan tubuh.
d. Mencegah status gizi menjadi lebih buruk.
e. Membantu dalam proses metabolisme.
Intervensi :
a. Catat intake dan output makanan secara
akurat.
b. Kaji adanya tanda-tanda perubahan
nutrisi:anoreksia,letargi dll.
c. Kolaborasi tim gizi (pemberian diet TKTP).
d. Beri diet yang bergizi.
e. Beri suplemen vitamin dan zat besi
sesuai instruksi.
4.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada lagi akumulasi cairan dalam
jaringan.
b. Berat badan dalam batas normal.
c. Pasien dapat beraktivitas kembali.
Tujuan :
a. Evaluasi harian keberhasilan terapi
serta dasar penentuan tindakan.
b. Mengetahui apakah masih ada indikator
akumulasi cairan dalam jaringan.
c. Indikator regimen terapi sehingga anak tidak
medapatkan masukan cairan lebih dari jumlah yang di tentukan.
d. Mengetahui perubahan berat badan setap
hari.
e. Pengurangan cairan ekstra
vaskuler sangat
di perlukan dalam mengurangi edema.
Intervensi :
a. Catat intake dan output secara akurat.
b. Kaji perubahan edema dan pembesaran
abdomen setiap hari.
c. Atur masukan cairan dengan cermat.
d. Timbang BB pasien setiap hari.
e. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian
obat-obatan diuretik sesua peraturan.
5.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat kembali Beraktivitas Ringan.
b. Pasien tidak mengalami kelelahan.
c. Pasien dapat kooperatif dengan Petugas.
Tujuan :
a. Mengurangi pengeluaran energi.
b. Mengurangi kelelahan pada Pasien.
c. Menghemat energi.
d. Meningkatkan persepsi pasien dn keluarga
mengenai penyakitnya.
e. Mengurangi beban psikis dan mendukung
toleransi pasien dalam beraktivitas.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring bila terjadi
edema berat.
b. Atur keseimbangan istirahat dan aktivitas
bila ambulasi.
c. Instruksikan pada Pasien untuk
istirahat.
d. Ciptakan suasana yang nyaman.
e. Motivasi Pasien untuk melakukan
aktivitas ringan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN X DENGAN GANGGUAN SISTEM UROLOGI : TUMOR
RENAL DI RUANGAN MELATI LANTAI 3 RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN
KASUS
Nyeri skala 7 hematuria, urin
sedikit, adanya massa, demam, udema pada ekstremitas, mual, muntah, dan
anoreksia. Hasil pemenriksaan penunjang menyatakan bahwa : Hb menurun, IVO,
USG, cek darah rutin, ureum kreatinin.
1.
Sebagai sorang perawat, tindakan apa lagi yang
dilakukan ?
2.
Data penunjang apa lagi yang diperiksa?
3.
Apa diagnose keperawatan pada kasus tersebut ?
1.1.
Pengkajian
1.
Identitas Klien
2.
Riwayat penyakit sekarang
Klien
mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan
seluruh tubuh. Tidak nafsu makan,
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
3.
Pengkajian
fisik
Pengkajian Perpola
a.
Pola
nutrisi dan metabolik
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata
dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem
imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b.
Pola
eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c.
Pola
Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema
paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas,
teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak,
frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga
disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum
karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya
tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
d.
Pola
tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus Kognitif &
perseptual :
1)
Peningkatan
ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
2)
Gangguan penglihatan
dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada
hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang
menurun.
e.
Persepsi
diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan
yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
f.
Hubungan
peran
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
4.
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Ultrasound abdominal
Terdapat massa padat pada perut (
retrperitoneal ) sebelah atas.
b.
CT scan
Dapat memberikan gambaran pembesaran
ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi
tumor ke jaringan sekitarnya.
c.
Foto Toraks
Karena tingginya insiden metastase
tumor ke paru-paru,maka setiap pasien dengan Tumor Ginjal harus di lakukan
pemeriksaan foto toraks.
d.
Pemeriksaan darah dan urine
Untuk menilai fungsi ginjal dan hati.
e.
Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh
jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel
dan diagnosis.
f.
MRI Perut.
g.
CBC,BUN,dan Kreatinin.
h.
PIV dan Nefroktomi
1.2 Analisa Data
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
DO:
-Skala nyeri 7
- hematuria, urin sedikit,
-
adanya massa
-
Hb menurun, IVO, USG, cek darah rutin, ureum
kreatinin.
|
Paparan
bahan kimia, genetic, kegemukan dan faktor-faktor lain
Poloferasi
pada blastema
Meluas
ke darah sekitar ginjal
Tumor
menembus kapsul ginjal, perineal, hillus dan vena renal
nyeri
|
Nyeri
|
Do :
-
mual, muntah, dan anoreksia
-
Hb menurun, IVO, USG, cek darah rutin, ureum
kreatinin.
|
Disfungsi
ginjal
Gangguan
keseimbangan asam basa
Asidosis
metabolic
Mula&muntah
Nafsu
makan menurun
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Gangguan perubahan nutrisi
|
-
udema pada ekstremitas
-
Hb menurun, IVO, USG, cek darah rutin, ureum
kreatinin.
|
Hematoma
Paru-paru
Sesak
nafas
Kelelahan
Intoleransi
aktivitas
|
Gangguan intoleransi aktivitas
|
-
hematuria, urin sedikit
-
Hb menurun, IVO, USG, cek darah rutin, ureum
kreatinin.
|
Disfungsi
glomerulus
Gangguan
filtrasi
Cairan
banyak keluar
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan
|
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan
|
1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri
berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2.
Perubahan
Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4.
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein
dan cairan
1.4 TABEL ASUHAN KEPERAWATAN PADA
TUAN X DENGAN GANGGUAN SISTEM UROLOGI : TUMOR RENAL DI RUANGAN MELATI
LANTAI 3 RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari
neoplasia
|
Tujuan : Pasien
tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima.
|
1. Kaji
tingkat nyeri
2.Lakukan
tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologis
3.Berikan
analgesik sesuai ketentuan
4.berikan obat dengan jadwal preventif
5. hindari
aspirin atau senyawanya
|
1.
Menentukan
tindakan selanjutnya
2.
Sebagai
analgesik tambahan
3.
Mengurangi
rasa sakit
4.
Untuk
mencegah kambuhnya nyeri
5. Karena aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan
|
08.00-08.05
Mengkaji tingkat nyeri klien,
skala nyeri 7
08.05-08.20
Melakukan tindakan pengurangan
rasa nyeri dengan teknik relaksasi
08.20-08.30
Memberikan obat dan analgesic
sesuai kolaborasi dokter,
|
08.30
S: Pasien masih mengeluh
kesakitan
O: skala nyeri 6
A: masalah belum teratasi
P: Planning dilanjutkan,
|
2
|
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan
penurunan intake.
|
Tujuan :
Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
|
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi :
Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri
suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi
|
1.
Monitoring
asupan nutrisi bagi tubuh
2.
Gangguan
nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi oedema intestine
dapat memperburuk status nutrisi
3.
Mencegah
status nutrisi menjadi lebih buruk
4. Membantu dalam proses metabolisme.
|
08.30-08.35
Mencatat intake dan output
makanan secara adekuat
08.35-08.40
Mengkaji tanda – tanda
perubahan nutrisi, terjadi anoreksia.
08.40-08.50
Memberi diet yang bergizi dan
sesuai selera pasien.
08.50-09.00
Member makanan sedikit tapi
sering
09.00-09.05
Member suplemen vitamin dan zat
besi sesuat kolaborasi dokter.
09.05-09.10
Memberi obat anti mual muntah,
Ondansetron 500mg.
|
09.15
S: pasien mengatakan masih
belum selera makan dan masih merasakan mual dan belum selera makan.
O : pasien masih tampak mual
muntah.
A: Masalah belum teratasi.
P: Planning dilanjutkan.
|
3
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan
|
Tujuan : Pasien
mendapat istrahat yang adekut
|
1. Pertahangkan tirah baring bilah terjadi edema
berat
2.seimbangkan istrahat dan aktivitas bila
ambulasi
3.intrusikan
pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah
|
1. Mengurangi pengeluaran energi.
2. Mengurangi kelelahan pada pasien
3. Untuk mmenghemat energi
|
09.20-09.30
Mempertahankan tirah baring pasien
09.30-09.40
Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas.
|
09.40
S: Pasien masih mengeluh lelah
O: Badan pasien tampak lemas
A:masalah belum teratasi
P: planning dilanjutkan.
|
4
|
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
(intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
|
Tujuan :
kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan pasien
minimum atau tidak ada
|
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan adanya penyimpangan dari normal
3. Berikan
albumin bergaram rendah sesui indikasi
|
1. Bukti fisik defisit cairan.
2. Sehingga pengobatan segra dilakukan
3. Meningkatkan tekanan osmotik koloid
sehingga mempertahangkan cairan dalam vaskuler
|
09.40-09.50
Memantau tanda – tanda vital setiap 4 jam
09.50-09.55
Melaporkan adanya penyimpangan dari normal
09.55-10.00
Memberikan albumin bergaram rendah sesuai indikasi
10.00-10.10
Berikan cairan Isotonik sesuai anjuran dokter, Berikan
Cairan RL.
|
10.20
S: Pasien masih syok
O:pasien tampak lemah
A: masalah belum teratasi
P:planning dilanjutkan
|
DAFTAR PUSTAKA
· Surharyanto. toto Toto dan Abdul Madjid, 2009 . Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan gangguan system perkemihan, Jakarta : TIM
· Dr. Nursalam, M.Nurs. ( Hons ), 2006.
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta :
Salemba Medika